Peradaban Kuno di Asia
dan Afrika
A. Pusat-Pusat Peradaban
Awal di Asia
1. Peradaban di India
Daerah India
merupakan salah satu tempat munculnya peradaban tertua di dunia khususnya di
Asia. Daerah India merupakan suatu Jazirah Benua Asia yang disebut dengan nama
anak benua. Di sebelah utara daerah India terbentang Pegunungan Himalaya yang
menjadi pemisah India dengan daerah lainnya di Asia.
Antara
Pegunungan Himalaya dan Hindu Kush terdapat Celah Kaibar. Celah Kaibar inilah
yang dilalui oleh masyarakat India untuk menjalin hubungan dengan daerah-daerah
lain di Asia. Di tengah-tengah daerah India terdapat Pegunungan Windya.
Pegunungan ini membagi India menjadi dua bagian, yaitu India Utara dan India
Selatan. Pada daerah India bagian utara mengalir Sungai Shindu (Indus), Gangga,
Yamuna, dan Brahmaputra. Daerah itu merupakan daerah yang subur sehingga sangat
padat penduduknya. Di daerah itu pulalah muncul pusat peradaban awal di Asia,
yaitu peradaban Lembah Sungai Indus dan Lembah Sungai Gangga
I.
Peradaban
Lembah Sungai Indus
Pusat Peradaban
Peradaban Lembah Sungai Indus diketahui
melalui penemuan-penemuan arkeologi-di Kota Harappa dan Mohenjo-daro. Kota
Mohenjo-daro diperkirakan sebagai ibukota daerah Lembah Sungai Indus
bagian selatan dan Kota Harappa sebagai ibukota Lembah Sungai Indus bagian
utara. Mohenjo-daro dan Harappa merupakan pusat peradaban bangsa India pada
masa lampau.
Tata Kota
Di Kota
Mohenjo-daro dan terdapat gedung-gedung dan rumah tinggal serta pertokoan
dibangun secara teratur dan berdiri kukuh. Gedung-gedung dan rumah tinggal dan
pertokoan itu sudah terbuat dari batu bata lumpur.
Wilayah
kota dibagi atas beberapa bagian atau blok yang dilengkapi jalan yang ada
aliran airnya.
Sistem Pertanian dan Pengairan
Daerah Lembah
Sungai Indus merupakan daerah yang subur. Pertanian menjadi mata
pencaharian utama masyarakat India. Pada perkembangan selanjutnya,
masyarakat telah berhasil menyalurkan air yang mengalir dari Lembah Sungai
Indus sampai jauh ke daerah pedalaman.
Pembuatan
saluran irigasi dan pembangunan daerah-daerah pertanian menunjukkan bahwa masyarakat
Lembah Sungai Indus telah memiliki peradaban yang tinggi. Hasil-hasil pertanian
yang utama adalah padi, gandum, gula/tebu, kapas, teh, dan lain-lain.
Sanitasi (Kesehatan)
Masyarakat
Mohenjo-daro dan Harappa telah memperhatikan sanitasi (kesehatan)
lingkungannya. Teknik-teknik atau cara-cara pembangunan rumah yang telah
memperhatikan faktor-faktor kesehatan dan kebersihan lingkungan yaitu
rumah mereka sudah dilengkapi oleh jendela.
Teknologi
Masyarakat
Lembah Sungai Indus sudah memiliki ilmu pengetahuan dan
teknologi, Kemampuan mereka dapat diketahui melalui
peninggalan-peninggalan budaya yang ditemukan, seperti bangunan Kota Mohenjo-daro
dan Harappa, berbagai macam patung, perhiasan emas, perak, dan berbagai macam
meterai denganlukisannya yang bermutu tinggi dan alat-alat peperangan
seperti tombak, pedang, dan anak panah
Pemerintahan
Raja-raja
yang pernah memerintah Kerajaan Maurya antara lain sebagai berikut :
a. Candragupta
Maurya
Setelah
berhasil menguasai Persia, pasukan Iskandar Zulkarnaen melanjutkan ekspansi dan
menduduki India pada tahun 327 SM melalui Celah Kaibar di Pegunungan Himalaya.
Pendudukan yang dilakukan oleh pasukan Iskandar Zulkarnaen hanya sampai di
daerah Punjab. Pada tahun 324 SM muncul gerakan di bawah Candragupta. Setelah
Iskandar Zulkarnaen meninggal tahun 322 SM, pasukannya berhasil diusir dari
daerah Punjab dan selanjutnya berdirilah Kerajaan Maurya dengan ibu kota di
Pattaliputra.
Candragupta
Maurya menjadi raja pertama Kerajaan Maurya. Pada masa pemerintahannya,
daerah kekuasaan Kerajaan Maurya diperluas ke arah timur, sehingga sebagian
besar daerah India bagian utara menjadi bagian dari kekuasaannya. Dalam waktu
singkat, wilayah Kerajaan Maurya sudah mencapai daerah yang sangat iuas, yaitu
daerah Kashmir di sebelah barat dan Lembah Sungai Gangga di sebelah timur.
b. Ashoka
Ashoka
memerintah.Kerajaan Maurya dari tahun 268-282 SM. Ashoka merupakan cucu dari
Candragupta Maurya. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Maurya mengalami masa
yang gemilang. Kalingga dan Dekkan berhasil dikuasainya. Namun, setelah ia
menyaksikan korban bencana perang yang maha dahsyat di Kalingga, timbul
penyesalan dan tidak lagi melakukan peperangan.
Mula-mula
Ashoka beragama Hindu, tetapi kemudian menjadi pengikut agama Buddha. Sejak
saat itu Ashoka menjadikan agama Buddha sebagai agama resmi negara. Setelah
Ashoka meninggal, kerajaan terpecah-belah menjadi kerajaan kecil. Peperangan
sering terjadi dan baru pada abad ke-4 M muncul seorang raja yang berhasil
mempersatukan kerajaan yang terpecah belah itu. Maka berdirilah Kerajaan Gupta
dengan Candragupta I sebagai rajanya.
Kepercayaan
Sistem
kepercayaan masyarakat Lembah Sungai Indus bersifat politeisme atau memuja
banyak dewa. Dewa-dewa tersebut misalnya dewa kesuburan dan kemakmuran (Dewi
Ibu).
Masyarakat
lembah Sungai Indus juga menyembah binatang-binatang seperti buaya dan gajah
serta menyembah pohon seperti pohon pipal (beringin). Pemujaan tersebut
dimaksudkan sebagai tanda terima kasih terhadap kehidupan yang dinikmatinya,
berupa kesejahteraan dan perdamaian.
II.
Peradaban
Lembah Sungai Gangga (India Kuno)
1. Pusat Peradaban
Pusat peradaban
Lembah Sungai Gangga terletak antara Pegunungan Himalaya dan
Pegunungan Windya-Kedna.
Pendukung
peradaban Lembah Sungai Gangga adalah bangsa Arya yang termasuk bangsa
Indo-Jerman. Mereka datang dari daerah Kaukasus dan menyebar ke arah timur.
Bangsa Arya memasuki wilayah India antara tahun 200-1500 SM, melalui Celah
Kaibar di Pegunungan Hirnalaya.
Bangsa
Arya adalah bangsa peternak dengan kehidupan yang terus mengembara. Setelah
berhasil mengalahkan bangsa Dravida di Lembah Sungai Indus dan menguasai daerah
yang subur, akhirnya mereka hidup menetap.
Selanjutnya,
mereka menduduki Lembah Sungai Gangga dan terus mengembangkan kebudayaannya.
Kebudayaan campuran antara kebudayaan bangsa Arya dengan bangsa Dravida dikenal
dengan sebutan kebudayaan Hindu.
2. Pemerintahan
Perkembangan
sistem pemerintahan di Lembah Sungai Gangga merupakan kelanjutan an sistem
pemerintahan masyarakat di daerah Lembah Sungai Indus. Runtuhnya Kerajaan
Maurya menjadikan keadaan kerajaan menjadi kacau dikarenakan peperangan antara
kerajaan-kerajaan kecil yang ingin berkuasa. Keadaan yang kacau, mulai aman
kembali setelah munculnya kerajaan-kerajaan baru. Kerajaan-kerajaan tersebut di
antaranya Kerajaan Gupta dan Kerajaan Harsha.
Kerajaan
Gupta
Pendiri
Kerajaan Gupta adalah Raja Candragupta I dengan pusatnya di Lembah
Sungai Gangga. Pada masa pemerintahan Raja Candragupta I, agama Hindu
dijadikan agama negara, namun agama Buddha masih tetap dapat berkembang.
Masa
kejayaan Kerajaan Gupta terjadi pada masa pemerintahanSamudragupta (Cucu
Candragupta 1). Pada masa pemerintahannya Lembah Sungai Gangga dan Lembah
Sungai Indus berhasil dikuasainya dan Kota Ayodhia ditetapkan sebagai ibukota
kerajaan.
Pengganti
Raja Samudragupta adalah Candragupta II, yang dikenal
sebagaiWikramaditiya. Ia juga bergama Hindu, namun tidak memandang rendah dan
mempersulit perkembangan agama Budha. Bahkan pada masa pemerintahannya berdiri
perguruan tinggi agama Buddha di Nalanda. Di bawah pemerintahan
Candragupta II kehidupan rakyat semakin makmur dan sejahtera..
Kesusastraan mengalami masa gemilang. Pujangga yang terkenal pada masa ini
adalah pujanggaKalidasa dengan karangannya berjudul
"Syakuntala". Perkembangan seni patung mencapai kemajuan yang juga
pesat. Hal ini terlihat dari pahatan-pahatan dan patung-patung terkenal
menghiasi kuil-kuil di Syanta.
Dalam-perkembangannya
Kerajaan Gupta mengalami kemunduran setelahmeninggalnya Raja Candragupta
II. India mengalami masa kegelapan selama kurang lebih dua abad.
Kerajaan
Harsha
Setelah
mengalami masa kegelapan, baru pada abad ke-7 M muncul Kerajaan Harsha dengan
rajanya Harshawardana. Ibu kota Kerajaan Harsha adalah
Kanay.Harshawardana merupakan seorang pujangga besar. Pada masa pemerintahannya
kesusastraan dan pendidikan berkembang dan pesat. Salah satu pujangga yang
terkenal pada masa kerajaan Harshawardana adalah pujangga Bana dengan karyanya
berjudul "Harshacarita".
Raja
Harsha pada awalnya memeluk agama Hindu, tetapi kemudian memeluk agama Buddha.
Di tepi Sungai Gangga banyak dibangun wihara dan stupa, serta dibangun
tempattempat penginapan dan fasilitas kesehatan. Candi-candi yang rusak
diperbaiki dan membangun candi-candi baru. Setelah masa pemerintahan Raja
Harshawardana hingga abad ke-1 1 M tidak pernah diketahui adanya raja-raja yang
pernah berkuasa di Harsha.
Kebudayaan
Lembah Sungai Gangga
Di
Lembah Sungai Gangga inilah kebudayaan Hindu berkembang, baik di wilayah India
maupun di luar India. Masyarakat Hindu memuja banyak dewa (Politeisme).
Dewa-dewa tersebut, antara lain, Dewa Bayu (Dewa Angin), Dewa Baruna (Dewa
Laut), Dewa Agni (Dewa Api), dan lain sebagainya. Dalam agama Hindu dikenal
dengan sistem kasta, yaitu pembagian kelas sosial berdasarkan warna dan
kewajiban sosial. Dalam perkembangan selanjutnya, sistem kasta inilah yang
menyebabkan munculnya agama Buddha. Hal ini dipelopori oleh Sidharta
Gautama.
Agama
Buddha mulai menyebar ke masyarakat India setelah Sidharta Gautama mencapai
tahap menjadi Sang Buddha. Agama Buddha terbagi menjadi dua aliran, yaitu
Buddha Mahayana dan Buddha Hinayana. Peradaban Sungai Gangga meninggalkan
beberapa bentuk kebudayaan yang tinggi seperti kesusastraan, seni pahat, dan
seni patung. Peradaban dari lembah sungai ini kemudian menyebar ke
daerah-daerah lain di Asia termasuk di Indonesia.
2. Peradaban Lembah Sungai Kuning (Cina Kuno)
Sejarah
tertua di Cina dimulai dari muara Sungai Kuning (Hwang-Ho, yang sekarang
bernama Huang He). Wilayah yang sekarang bernama Cina, pada zaman dahulu disebut
Chung-Kuo (negara tengah). Mereka menyebut Chung-Kuo karena mereka yakin bahwa
negerinya terletak di tengahtengah dunia. Penduduknya pun disebut Chung Hwa
(warga negara-negara tengah). Di kawasan Cina ini mengalir dua sungai besar
yaitu Sungai Hwang-Ho (Sungai Kuning) dan Sungai Yang Tse (yang sekarang
bernama Chang Jiang). Pada daerah-daerah inilah pertama kalinya tumbuh
kebudayaan Cina. Tetapi kenyataannya kebudayaan Cina hanya tumbuh dan
berkembang di daerah Lembah Sungai Kuning (Hwang-Ho).
Tumbuh
dan berkembangnya kebudayaan Cina di Lembah Sungai Hwang-Ho didukung oleh
beberapa faktor sebagai berikut :
Air
Sungai Hwang-Ho membeku pada musim dingin, sehingga sulit bagi masyarakat Cina
melaksanakan aktivitas kehidupannya.
Ketika
musim semi tiba, salju-salju mencair dan menimbulkan air bah serta menggenangi
dataran rendah yang amat luas.
Keadaan
tersebut dihadapi oleh masyarakat Cina dengan membuat tanggul raksasa. Sungai
Hwang-Ho disebut Sungai Kuning, karena air yang mengalir berwarna kuning.
Di
Lembah Sungai Hwang-Ho yang subur ini, pada tahun 2500 SM, tumbuh peradaban
manusia yang didukung oleh bangsa Han. Bangsa tersebut merupakan campuran ras
Mongoloid dengan ras Kaukasoid. Menurut cerita, pada sekitar 1800-1600 SM di
Lembah Sungai Hwang-Ho telah berdiri pemerintahan Dinasti Hsia dengan dasar
budaya perunggu, tetapi masyarakatnya belum mengenal tulisan.
Sistem
Pemerintahan
Dinasti-dinasti
yang pernah berkuasa pada zaman Cina Kuno, antara lain, sebagai berikut.
Dinasti
Shang (1300-1027 SM)
Menurut
penelitian sejarah Dinasti Shang merupakan dinasti yang kali pertama memerintah
Cina. Dinasti Shang beribu kota di Yin Chu (An-Yang). Kaisar Shang memerintah
sebagai raja imam (Priest King) dengan membagl-bagi kekuasaannya dalam 30
wilayah yang diperintah oleh raja-raja bawahan.
Dinasti
Chou (1027-221 SM)
Pemerintahan
Dinasti Chou bersifat feodalisme. Pemerintahan langsung berada di bawah
kekuasaan kaisar, pemerintah daerah dipegang oleh para pembanh^J kaisar yang
menguasai daerah-daerah atas nama kaisar yang disebut raja vazal. Pada zaman
Dinasti Chou muncul tokoh-tokoh filsatat ternama Cina seperti Lao Tse, Kung Fu
Tse, dan Meng Tse.
Dinasti
Chin (221-206 SM)
Pemerintahan
Dinasti Chin berbentuk kesatuan, dengan raja pertama bernama Chin Shih Huang
Ti. Pada masa pemerintahannya terjadi berbagai pembaruan, di antaranya
penghapusan aturan-aturan feodalisme, penghapusan sistem raja vazal,
pembentukan provinsi, dan pengangkatan gubernurnya. Untuk membendung serangan
bangsa luar dari utara (bangsa Shiung Nu), Dinasti Chin membangun "Tembok
Besar”Cina.
Dinasti
Han (206 SM-220 M)
Dinasti
Han didirikan oleh Liu-Pang dan mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan
Kaisar Han Wu Ti. Kerajaan Cina meliputi Asia Tengah, Korea, Manchuria Selatan,
Anam, Sinkiang. Pada masa ini dibangun jalan sutra yaitu jalan yang
menghubungkan Cina dengan Asia Tengah, Kashmir, bahkan sampai ke Asia Barat
bertemu dengan jalur Romawi.
Zaman
Enam Dinasti (220-589 M)
Pada
zaman ini agama Buddha berkembang di Cina. Banyak pandeta atau biksu Cina yang
pergi belajar ke India, di antaranya Fa-Hien. Fa-Hien menuliskan kisah
perjalanannya dalam buku yang berjudul Fu Kuo Chi. Muncul pula seni bangunan
untuk pagoda dan kuil Buddha yang bergaya Cina.
Dinasti
T'ang (627-907 M)
Dinasti
T'ang merupakan salah satu dinasti terpenting di negeri Cina. Dinasti T'ang
didirikan oleh Li Shih Minh, kemudian terkenal dengan Kaisar T'ang Tai Tsung.
Ibu kota Dinasti T'ang ditetapkan Sian Fu. Dari ibu kotanya tersebut kaisar
menjalankan pemerintahan yang dibantu oleh pegawai-pegawai istana yang
diangkatnya.
Pada
zaman Dinasti T'ang, seni sastra berkembang. Penyair Cina yang terkenal pada
zaman ini adalah Li Tai Po dan Tu Fu.
Pada
zaman Dinasti T'ang, agama Nasrani dan Islam mulai masuk ke Cina melalui Asia
Tengah. Kedua agama itu masuk ke Cina melalui hubungan perdagangan. Hal itu
terjadi mengingat jauh sebelum Dinasti T'ang, negeri Cina telah menjalin
hubungan perdagangan dengan bangsa-bangsa di Asia Barat.
Dinasti
Sung (960-1279 M)
Pada
abad ke-10 M, Dinasti T'ang runtuh dan negeri Cina kembali mengalami kekacauan
dan silih berganti raja-raja memerintah. Baru pada tahun 960 M kekacauan ini
berhasil diatasi dan seianjutnya berdiri Dinasti Sung.
Pada
zaman Dinasti Sung, filsafat, sastra, dan seni maju dengan pesat. Filsafat Neo
Konfusianisme lahir pada zaman ini. Filsafat ini merupakan ajaran Kung
Tse yang telah menerima pengaruh Taoisrne dan Buddhisme.
Pertanian
dan Perdagangan
Lembah
Sungai Kuning merupakan daerah yang sangat subur dan dapat dikatakan sebagai
urat nadi kehidupan bangsa Cina. Pada daerah yang subur itu masyarakat Cina
hidup bercocok tanam, seperti menanam gandum, padi, teh, jagung, dan kedelai.
Bangsa
Cina Kuno telah mengenal sistem pertanian sejak zaman Neolithikum yakni sekitar
tahun 5000 SM. Tanaman pangan utama yang diusahakan adalah padi, buah-buahan,
kacangkacangan, sayur-mayur, dan lain-lain. Pada zaman perunggu tanaman
pertanian yang diprioritaskan, antara lain, padi, teh, kacang, kedelai, rami,
dan lain-lain. Kemudian pada masa pemerintahan Dinasti Chin (221-206 SM)
terjadi kemajuan yang sangat pesat dalam sistem pertanian. Pada masa ini
pertanian sudah diusahakan secara intensif. Pada masa itu telah
dikenal pupuk untuk menyuburkan tanah.
Aksara
Cina
sudah mengenal aksara sejak Dinasti Shang. Aksara Cina yang berbentuk
pictograph ini termasuk jenis aksara ideograph (aksara iambang benda). Aksara
Cina ditulis di atas kulit penyu dan tulang. Aksara gambar benda (ideograph)
ini semula ditulis dan digambar untuk kepentingan ramal-meramal, karena bangsa
Cina sejak zaman dahulu suka dengan ramalan.
Pada
zaman Dinasti Chou, aksara Cina ditulis pada potongan bambu. Cara menuliskannya
adalah dari atas ke bawah. Sekitar tahun 105 M, pada masa Dinasti Han ditemukan
teknik pembuatan kertas yang dibuat dari campuran bubur kayu dan lem. Sehingga
aksara Cina kemudian ditulis di atas kertas. Penemu tersebut bernama Tsai Lun.
Adapun pada zaman Dinasti T'ang ditemukan teknik cetak (untuk mencetak buku dan
kalender).
Kepercayaan
Bangsa
Cina percaya pada banyak dewa. Mereka memuja dan menganggap dewa-dewa memiliki
kekuatan alam. Dunia digambarkan sebagai bidang segiempat dan di atasnya
tertutup oleh langit yang terdiri dari sembilan lapisan. Di tengah-tengah dunia
yang berbentuk segiempat terletakT'ienhsia, yaitu suatu daerah yang didiami
oleh bangsa Cina. Daerah T'ienhsia merupakan daerah yang didiami oleh bangsa
Barbar. Di luar daerah bangsa-bangsa Barbar terdapat daerah kosong dan menjadi
tempat tinggal para hantu dan Dewi Pa, yang menguasai musim kemarau. Di sebelah
timur dan selatan negara Cina ada empat lautan besar yang disebut Su-hai.
Dewadewa yang dipuja bangsa Cina pada saat itu di antaranya Feng Pa (Dewa
angin), Lei-Shih (Dewa Angin Topan), Tai-Shan (dewa yang menguasai bukit suci),
dan lain sebagainya.
Teknologi
Keramik
merupakan ciri khas dari hasil karya masyarakat Cina. Pembuatan benda-benda
dari keramik itu mengandung jiwa seni, karena pada benda-benda keramik terdapat
berbagai macam bentuk hiasan, seperti guci keramik yang dihias dengan seekor
ular naga atau dihias dengan gambar-gambar hewan maupun
tumbuh-tumbuhan. Sejak zaman dahulu bangsa Cina sangat ahli membuat
keramik (gerabah), porselen, kain sutra, kertas dari kayu, benda-benda dari
perunggu dan mesiu. Bangunan-bangunan istana, rumah, dan tembok kota dibuat
dari batu bata.
Kalender
Sejak
Dinasti Shang, di Cina sudah dikenal sistem kalender. Kalender Cina membagi 1
tahun menjadi 12 bulan. Satu bulan terdiri atas 29/30 hari. Perhitungannya
mengikuti peredaran bulan. Berkaitan dengan kaiender, dikenal pula astronomi
(ilmu perbintangan), astrologi (ramalan perbintangan), serta shio,
keberuntungan, dan feng-shui.
Filsafat
Pada
masa pemerintahan Dinasti Chou, filsafat di Cina mengalami perkem~angan. Pada
masa itu lahir tiga ahli filsafat Cina, antara lain, sebagai berikut :
Lao
Tse
Ajaran
Lao Tse tercantum dalam bukunya "Tao Te Ching". Lao Tse percaya bahwa
ada semangat keadilan dan kesejahteraan yang kekal dan abadi, yaitu bernama
Tao. Ajaran - Lao Tse disebut dengan Taoisme. Taoisme mengajarkan orang
supaya menerima nasib. Menurut ajaran ini, suka dan duka adalah sama saja. Oleh
karena itu, seorang penganut Taoisme dapat memikul suatu penderitaan dengan
hati yang tidak terguncang.
Kung
Fu Tse
Menurut
ajaran Kung Fu Tse, Tao adalah sesuatu kekuatan yang mengatur segala-galanya
dalam alam semesta ini sehingga tercapai keselarasan. Manusia merupakan bagian
dari masyarakat yang bagian dari alam semesta, maka tata cara hidup manusia
diatur oleh Tao. Oleh karena itu, setiap orang harus menyesuaikan diri dengan
Tao, agar dalam kehidupan masyarakat terdapat keselarasan dan keseimbangan.
Penganut aliran ini percaya bahwa segala bencana yang terjadi di muka bumi ini
karena manusia menyalahi aturan Tao. Ajaran Kung Fu Tse meliputi bidang
pemerintahan dan keluarga.
Meng
Tse
Ajaran
Meng Tse merupakan kelanjutan dari ajaran Kung Fu Tse. Meskipun demikian ajaran
Meng Tse bertentangan dengan Kung Fu Tse. Meng Tse tidak memberikan pelajaran
kepada kaum bangsawan, tetapi memberikan pengetahuan kepada rakyat jelata.
Menurutnya rakyatlah yang terpenting dalam suatu negara. Apabila raja bertindak
sewenang-wenang terhadap rakyat, maka tugas para menteri untuk
memperingatkannya. Apabila raja mengabaikannya peringatan-peringatan itu para
menteri wajib menurunkan raja dari tahtanya.
Sumber : http://history1978.wordpress.com/category/berita-sejarah.htm
Tidak ada komentar :
Posting Komentar